Seiring menjamurnya warnet dan berbagai paket koneksi internet yang ditawarkan provider telekomunikasi, pengguna internet di Sorowako melonjak luar biasa tiga tahun terakhir. Selintas pengamatan, profil pengguna internet di Sorowako sangat beragam. Tak hanya karyawan dan kaum muda, anak-anak serta kalangan ibu-ibu pun tak ketinggalan berasyik-masyuk dengan dunia maya.
Mereka memanfaatkan internet untuk berbagai keperluan: hiburan, berinteraksi atau berkomunikasi, sumber informasi, ataupun bisnis. Layanan online yang paling diminati adalah jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, juga layanan video Youtube, dan games online. Situs-situs gosip dan berita juga disuka, selain situs lowongan kerja, situs pengunduh lagu atau piranti lunak, blog, dan…situs-situs porno!
Ribuan pengguna internet di Sorowako itu merupakan bagian dari sekitar 45 juta pengguna internet di Indonesia. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika hingga Juni 2010 ini berlipat puluhan kali dari tahun 2000, yang hanya 2 juta orang.
Mengail rupiah dengan internet
Kendati berinternet adalah aktivitas konsumsi, ternyata tak sedikit yang memanfaatkan internet untuk mendapatkan uang. Makin aktif, makin banyak uang yang diraup.
Rufaidah Toaha, contohnya.Export & Import Manager PT Inco ini memanfaatkan internet untuk memasarkan produk-produk perlengkapan bayi. Angka ratusan ribu hingga jutaan rupiah per bulan pernah dikantunginya.
“Cara promosi favorit saya lewat Facebook dan email, karena bisa membidik market yang lebih spesifik yaitu ibu-ibu,” kata Ida, panggilan akrab Rufaidah. “Walaupun tidak memiliki toko offline, berkat internet konsumen produk saya tersebar di seantero Indonesia Timur, bahkan Jakarta,” ujarnya.
Sayang, karena kesulitan membagi waktu antara keluarga, kerja, dan bisnis, toko onlinenya, http://www.ananababyshop.com, diistirahatkan untuk sementara.
Rezeki lewat online juga dinikmati Ichwan Andrianto, Instrument Engineer PT Inco. Namanya cukup dikenal di bursa-bursa forum fotografi online, seperti http://www.fotografer.net dan http://www.lensamanual.net. Pasalnya, sejak satu tahun terakhir lensa bekas hasil oprekannya laris diperebutkan pembeli.
“Semua berawal dari hobi fotografi,” kisah Ichwan. Karena kesulitan mencari perlengkapan fotografi yang berkualitas tapi murah, ia lantas rajin mengubek-ubek internet guna mendapatkan barang yang dicari dan menambah pengetahuan memperbaiki lensa rusak. “Lensa-lensa itulah yang saya jual lewat bursa jual-beli di forum fotografi. “Pembelinya tak sebatas dari Indonesia, tapi juga luar negeri juga lho,” jelas Ichwan bangga. Kini, rata-rata Rp5-10 juta ia raih per bulan.
Ida dan Ichwan hanyalah contoh kecil dari praktik yang dikenal sebagai internet marketing (IM) atau pemasaran melalui internet. Istilah ini populer satu dekade terakhir, seiring makin lazimnya toko-toko berbasis internet dan transaksi keuangan secara online.
Berkat internet, warga kota kecil di pelosok Sulawesi seperti Sorowako pun bisa berkiprah di pasar nasional, bahkan internasional.
’Ngeblog’ dapat duit
Berkebalikan dengan popularitas Facebook atau Twitter, blog —catatan online yang diperbarui secara berkala— sepi peminat di Sorowako. Padahal Indonesia adalah tiga besar pemakai WordPress, platform blogging paling populer. Namun kecenderungan ini mungkin tak bertahan lama, lantaran blog makin kerap dipakai pemasar online untuk mengumpulkan rupiah, bahkan dollar!
“Kalau sudah lihai ’ngeblog’, dapat ribuan dollar per bulan pun bukan impian,” ujar Marsuki, PM Furnace Planner PT Inco. Sejak 2005 Marsuki atau Chokey telah mengulik berbagai peluang penghasilan online. Baru satu tahun terakhir ia fokus pada program affiliasi dan dropshipping dengan mengembangkan blog www.belajaraffi liasi.com.
“Affiliasi itu program semacam makelar atau marketing freelance, tapi medianya internet dan pasarnya nasional hingga internasional,” lanjut Chokey. Sangking aktifnya di dunia affiliasi, baru-baru ini ia ditunjuk menjadi Affiliate Manager untuk salah satu situs affiliasi dari negara Inggris.
Chokey tidak sendirian. Bersama enam rekannya dia aktif dalam komunitas IM di Sorowako. “Namanya PROBANS, singkatan dari Pro-Blogger Wannabe Sorowako. Kami rutin ketemuan minimal sebulan sekali untuk berbagi informasi mengenai internet marketing,” kata pria berjenggot lebat yang juga kampiun dalam olahraga taekwondo ini. Probans sendiri dikenal sebagai penyebutan generik untuk pakaian tahan-api yang lazim dikenakan karyawan-karyawan PT Inco yang bekerja di area pabrik/process plant.
“Tak hanya mengupas marketing, masalah-masalah teknis seperti mempercantik tampilan blog atau cara mengoptimalkan alat pembayaran online juga kami diskusikan,” timpal Herman Yudiono, Chemist PT Inco, penggagas PROBANS. Beruntung, rekan sekantornya, Umar Kasmon, cukup piawai dalam bahasa pemrograman dan desain website. Tak pelak Umar-lah yang diandalkan sebagai tempat bertanya masalah-masalah teknis pengelolaan blog.
Berbeda dengan Ida dan Ichwan, Herman dan rekan-rekannya tidak memiliki produk untuk dipasarkan secara langsung. Alih-alih mereka memasangi blog-blog yang dikelola dengan program-program pemasaran online, baik Pay Per Click (PPC), Cost Per Action (CPA), ataupun affiliasi. Program seperti Google Adsense, Amazon Associate, Text Link Ads, Admobs, Clickbank, paid review dan puluhan program lainnya, termasuk program affiliasi dan iklan-iklan online dari Indonesia, telah dijajal oleh pegiat Probans.
Dari berbagai program itulah mereka menggaet fulus. Sebagian dalam dollar. Herman Yudiono menyebut penghasilannya rata-rata 300 dollar AS per bulan dari aktivitas IM. Jumlah yang kurang lebih sama diraih Umar Kasmon lewat Adsense plus penjualan template dan desain blog.
Sedangkan Chokey menyebut penghasilannya rata-rata 200 dollar AS per bulan, antara lain diperoleh dari Adsense dan affiliasi obat kesehatan pria serta paket umrah. Faisal, Instrument Hydro Maintenance, mengantungi minimal 100 dollar AS per bulan, juga dari Adsense dan Admobs, layanan iklan rilisan Google yang khusus ditampilkan pada perangkat mobile.
Franky Waworuntu, PM Dryer Planner, menyebut angka 100 dollar AS per bulan dari paid review dan jualan link, sementara Harfiadi Arifin, Property & Insurance Accountant PT Inco, mengaku penghasilan onlinenya masih minim lantaran hanya fokus pada paid review saja. “Rata-rata hanya $20 sebulan, tapi potensinya menjanjikan jika bisa meluangkan waktu lebih banyak,” ujar Harfiadi.
Keterbatasan waktu memang kendala utama mereka. Selain akhir pekan, waktu luang mereka untuk mengelola blog hanya malam hari, setelah usai kerja dan urusan rumah tangga beres. “Biasanya saya kerja online 1-3 jam, setelah anak saya tidur. Kalau akhir pekan waktu lebih leluasa, tetapi itupun harus berbagi dengan acara keluarga,” imbuh Harfiadi.
Hambatan lain adalah kualitas koneksi internet yang masih acak-adul alias tidak stabil. Padahal sebagian besar aktivitas mereka menuntut stabilitas koneksi internet untuk mengunggah dan mengunduh (upload dan download), termasuk artikel, foto dan video, serta mengoperasikan piranti lunak online.
“Menurut saya itu bukan masalah besar,” tukas Franky. “Yang mesti mendapat perhatian lebih adalah kemauan untuk fokus, konsisten, dan sabar. Sebab internet marketing bukan program untuk kaya semalam,” lanjutnya lugas.
Dari pengalaman Franky, untuk mendapatkan penghasilan online, paling tidak butuh waktu setahun. “Jadi omong kosong kalau ada blog yang baru seumur jagung bisa menghasilkan puluhan juta rupiah sebulan. Jangan percaya itu!” tegas Franky.
Meski mereka berenam intens mengurusi blog masing-masing, baru Herman yang merintis langkah-langkah menjadi pro-blogger atawa profesi utamanya nge-blog. “Lewat internet marketing, saya ingin mewujudkan impian saya berkantor di rumah,” ujar Herman. Lebih lanjut tentang langkah-langkah Herman mewujudkan impiannya, silakan baca di sini.
Nah, kalau Anda kecanduan internet atau punya impian untuk bekerja tanpa meninggalkan rumah, kenapa tidak melirik potensi ’ngeblog’ ini? Herman, Chokey, dan rekan-rekannya menyatakan siap membagi pengalaman mereka. Tunggu apa lagi?
(dipublikasikan di Inkomunikasi, majalah internal PT Inco, Januari 2011)