Juru Sembuh Radio Komunitas dari UNRAM

Setiap pengelola radio komunitas pasti pernah pusing tujuh keliling ketika perangkat siar mereka kena masalah. Sebagai misal, transmitter mati sama sekali atau siaran bocor menyusup ke pesawat televisi milik warga (biasanya disebut “splet” atau interferensi). Beruntunglah radio yang memiliki pengelola yang memiliki kemampuan untuk memperbaiki kerusakan semacam itu. Jika tidak, pilihannya kerapkali hanya dua: berhenti siaran sama sekali atau harus membeli peralatan baru.
Pilihan pahit semacam itu agaknya tak lagi dihadapi oleh para pegiat radio komunitas di kawasan Lombok Barat. Menyusul menjamurnya radio komunitas di kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram mulai pertengahan tahun 2002, mencuat pula nama seorang ahli elektronika yang dikenal piawai dan telaten dalam menangani kerusakan-kerusakan yang acap menimpa perangkat siar radio komunitas. Nama “juru sembuh” ini cukup panjang, Cahyo Mustiko Okta Muvianto, ST, Msc., seorang pengajar dan peneliti di laboratorium elektronika Universitas Negeri Mataram (UNRAM).

Awal keterlibatan Pak Cahyo, demikian sapaan akrabnya, dengan radio komunitas tidak lepas dari peran Kantor Inkomda (Informasi dan Komunikasi Daerah) Kabupaten Lombok Barat yang mengundangnya sebagai pakar dalam pertemuan-pertemuan dengan pegiat radio komunitas. “Saya di jebak-lah,” candanya mengomentari undangan tersebut. “Soalnya waktu itu saya baru saja pulang dari studi S2 di Inggris dan baru konsentrasi lagi di UNRAM” lanjut Cahyo. Radio komunitas pertama yang merasakan tangan dingin ilmuwan yang mendapat gelar MSc. dari University of Manchester, Ingris, itu adalah Radio Gangga Buana Suara (GBS), kecamatan Gangga, Lombok Barat.

“Tapi order pertama saya waktu itu bukan untuk mereparasi, malah diminta membuatkan alat pemancar berdaya rendah. Kalau tidak salah 15 Watt,” ujarnya. Sementara “pasien’ pertamanya adalah radio komunitas Jati Suara di Lombok Barat dengan kasus kerusakan antena. Sebagaimana kebanyakan radio komunitas lain yang bermodal semangat dan peralatan seadanya, para Radio Jati Suara memaksakan penggunaan antena HT untuk memancarkan siaran mereka. “Mereka memanfaatkan antena dua meteran (HT) tapi dipaksakan untuk siaran dengan transmitter yang terlalu kuat, akibatnya ya jeblok, rusak,” komentar Pak Cahyo.

***
Persentuhan Pak Cahyo dengan dunia radio sebenarnya telah dimulai jauh sebelumnya. Sewaktu masih usia belasan, Cahyo sudah mulai merakit pesawat radionya yang pertama. Kemudian di awal karirnya sebagai pengajar di UNRAM, ia pernah mengelola radio yang didirikan di kompleks kampus Fakultas Teknik UNRAM pada tahun 1999. “Waktu itu saya maksudkan untuk memberi ruang praktek bagi mahasiswa,” kenangnya. “Namanya Radio Elektronika. Banyak yang mencibir dan kemudian bertepuk tangan ketika setahun kemudian tower antenanya roboh karena angin ribut,” lanjut Cahyo. Dia menduga respon semacam itu muncul karena radio yang dikelolanya terlalu ekslusif. Belajar dari pengalaman tersebut, Pak Cahyo kemudian mengajak kalangan lain di UNRAM ketika mencoba menghidupkan lagi radio tersebut.

Sebelum memasuki lingkungan akademik, aktifitas Pak Cahyo juga tidak jauh dari dunia frekuensi. Sejak lulus dari jurusan Elektronika Komunikasi, Institut Teknologi Surabaya (ITS) pada tahun 1995, Cahyo muda tinggal di Lombok sebagai teknisi ahli untuk pemasangan pemancar operator pager. Setelah bertahan beberapa tahun dengan pekerjaannya, pada tahun 1998 Pak Cahyo diterima sebagai pengajar di UNRAM. Dua tahun berselang beasiswa mengantarnya menjadi mahasiswa di University of Manchester untuk mendalami ilmu mengenai antena.

***
Untuk saat ini, bisa dikatakan Pak Cahyo sedang sepi order. Tidak banyak pengelola radio komunitas yang mengeluhkan kerusakan atau sekedar konsultasi seperti waktu-waktu sebelumnya. “Pengelola rakom sekarang kan sudah pintar-pintar. Paling kalau ada masalah berat saja baru datang ke saya,” kata Pak Cahyo. Yang termasuk masalah berat yang dimaksud seringkali sama artinya dengan penggantian komponen yang harganya mahal atau sulit dicari. “Hal ini yang sering bikin repot. Untuk kerusakan-kerusakan ringan saya jarang memungut bayaran, tapi bagaimana dengan kerusakan yang membutuhkan penggantian alat?”, tanyanya.

Menyinggung masalah teknis yang paling sering dikonsultasikan oleh pengelola radio komunitas adalah masalah power heating dan rusaknya PS. Penyebabnya beraneka ragam, namun yang paling sering akibat padamnya saluran listrik. “Sehari bisa tiga atau lima kali istrik padam,” kata Pak Cahyo. Menurutnya infrastruktur kelistrikan di Pulau Lombok sudah terlalu tua dan kelebihan beban, namun masih dipaksakan untuk melayani kebutuhan tenaga listrik yang terus berkembang. Akibatnya, listrik sering padam tiba-tiba atau terjadi pemadaman bergilir.

Untuk mengantisipasi kerusakan yang diakibatkan oleh pasokan listrik yang tidak stabil semacam itu, Pak Cahyo menyodorkan solusi yang cukup sederhana. Yang pertama, disarankan agar komputer dan peralatan teknis lainnya dilengkapi dengan stabilizer yang memadai. “Untuk peralatan yang mempergunakan teknologi digital, sebaiknya memakai stabilizer digital. Tapi untuk alat-alat lain yang berbasis analog, seperti transmitter dan lainnya, saya sarankan untuk memakai stabilizer analog juga,” lanjutnya. Logika sederhananya teknologi analog dikembangkan untuk mendukung kinerja peralatan analog, demikian juga sebaliknya teknologi digital paling pas untuk mendukung kerja peralatan digital.

Menurut Pak Cahyo, pengetahuan sederhana seperti itu seharusnya dipelajari oleh pengelola radio komunitas. Lebih lanjut, bapak dua anak ini menambahkan pentingnya pengetahuan mengenai penggunaan peralatan audio modulasi. Seringkali kerusakan perangkat siaran dikarenakan kecerobohan atau penggunanya mengenai kemampuan optimal peralatan itu. “Biasanya penyiar kurang puas dengan kulaitas suara atau jangkauan siaran, terus alat dioprek (dimodifikasi-red) atau dipaksakan

Kalau masih ada masalah? “Datang saja ke laboratorium, insyaallah saya bisa membantu,” janji Pak Cahyo. Namun cepat-cepat dia menambahkan, “Lain kali bungkusannya jangan hanya berisi transmitter rusak saja. Sesekali diiisi ketela atau pisang, kan lumayan buat cemilan,” katanya sembari tertawa renyah. Saat menutup pembicaraan, Pak Cahyo juga melontarkan tawaran untuk memberikan workshop atau pelatihan untuk para pengelola radio komunitas di mana saja. “Asal ada lembaga yang mau memfasilitasi,” pungkasnya.

Kontak: Cahyo Mustiko Okta Muvianto, ST, MSc.
Laboratorium Elektronika UNRAM
Jl. Majapahit No. 62 Mataram-NTB
(0370) 636126 ext 202
081 736 6370
Email : mustiko_cahyo@yahoo.co.uk

10 thoughts on “Juru Sembuh Radio Komunitas dari UNRAM”

  1. Salam,

    Kalu mau bikin radio komunitas di daerah kumuh seperti di Tanah Abang yg dikelilingi gedung bertingkat, hardware apa saja yg perlu saya siapkan. Kalau mau pake pc/laptop harus instal software apa saja?
    Trims.

  2. Maju terus pak.. You are the best.
    Saya sebagai alumni JTE Unram berterima kasih atas dedikasi Bapak, bukan hanya juru sembuh transmitter tapi juga sebagai seorang pengajar yang patut dibanggakan.
    Salam hangat..

  3. salam hangat dari sy pak,,,,tanang ja pak,,,,yang namanya ilmu ga bkl basi meskipun sepi order,,,si sandal jepit tu ngiri ma anda,,tow dy kurang gaul kali pe ga tau
    PAK CAHYO…

Leave a reply to Jalupati Cancel reply